Rabu, 02 Desember 2015

ALKALOID
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan(tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal darihewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini.[1]

ASERASI

Maserasi, Pembuatan Simplisia dan Ekstrak

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.

Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian dari hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia

Ekstraksi: Metode Refluks

UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA
EKSTRAKSI
METODE REFLUKS


Reaksi kimia kadang dapat berlangsung sempurna pada suhu kamar atau pada titik didih pelarut yang digunakan pada sistem reaksi. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk reaksi-reaksi yang berlangsung pada suhu tinggi adalah seperangkat alat refluks. Refluks adalah salah satu metode dalam ilmu kimia untuk mensintesis suatu senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis senyawa-senyawa yang mudah menguap atau volatile. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif. 

Sokletasi 

Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.
Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.
Penerapan untuk isolasi tumbuhan dengan metode isolasi soxhletasi bisa dilihat dialmat berikut : penerapan isolasi

DESTILASI

PENGERTIAN DESTILASI DAN MACAM-MACAM DESTILASI

Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya berdasarkan perbedaan titik didih atau berdasarkan kemapuan zat untuk menguap. Dimana zat cair dipanaskan hingga titik didihnya, serta mengalirkan uap ke dalam alat pendingin (kondensor) dan mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat cair. Pada kondensor digunakan air yang mengalir sebagai pendingin. Air pada kondensor dialirkan dari bawah ke atas, hal ini bertujuan supaya air tersebut dapat mengisi seluruh bagian pada kondensor sehingga akan dihasilkan proses pendinginan yang sempurna. Saat suhu dipanaskan, cairan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Uap ini akan dialirkan dan kemudian didinginkan sehingga kembali menjadi cairan yang ditampung pada wadah terpisah. Zat yang titik didihnya lebih tinggi masih tertinggal pada wadah semula.Prinsip dari destilasi adalah penguapan dan pengembunan kembali uapnya dari tekanan dan suhu tertentu. Tujuan dari destilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya dan memisahkan cairan dari zat padat. Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut sebagai uap bebas. Kondensat yang jatuh sebagai destilat dan bagian cair yang tidak menguap sebagai residu. Apabila yang diinginkan adalah bagian bagian campurannya yang tidak teruapkan dan bukan destilatnya maka proses tersebut dinamakan pengentalan dengan evaporasi. Destilasi adalah sebuah aplikasi yang mengikuti prinsip-prinsip ”Jika suatu zat dalam larutan tidak sama-sama menguap, maka uap larutan akan mempunyai komponen yang berbeda dengan larutanaslinya”. Jika salah satu zat menguap dan yang lain tidak, pemisahan dapat terjadi sempurna. Tetapi jika kedua zat menguap tetapi tidak sama, maka pemisahnya hanya akan terjadi sebagian, akan tetapi destilat atau produk akan menjadi kaya pada suatu komponen dari pada larutan aslinya.
Destilasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

Selasa, 01 Desember 2015

PRAKTIKUM UJI FITOKIMIA ( ROSELLA, FLAVONOID SAPONIN, STEROID )
I.   PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Praktikum pangan fungsional dan fitokimia pangan kali ini menggunakan metode uji fitokimia. Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya komponen-komponen bioaktif yang terdapat pada sampel uji. Uji fitokimia meliputi uji alkaloid, uji steroid, uji flavonoid, uji saponin, uji fenol hidrokuinon, uji Molisch, uji Benedict, uji Biuret, dan uji Ninhidrin (Dwi, 2010).
Fitonutrien atau yang sering disebut fitokimia dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut (Awan, 2010).
Fitokimia merupakan senyawa yang begitu bermanfaat sebagai antioksidan dan mencegah kanker juga penyakit jantung. Beberapa studi pada manusia dan hewan membuktikan zat-zat kombinasi fitokimia ini didalam tubuh memiliki fungsi tertentu yang berguna bagi kesehatan. Kombinasi itu antara lain menghasilkan enzim-enzim sebagai penangkal racun, merangsang sistem pertahanan tubuh, mencegah penggupalan keeping-keeping darah, menghambat sintesa kolesterol dihati, meningkatkan metabolisme hormon dan menimbulkan efek anti bakteri (Awan, 2010).
Uji fitokimia ini dilakukan agar diketahui komponen bioaktif apa yang terdapat didalam sampel uji sehingga sampel uji nantinya diharapkan dapat digunakan sebagaimana fungsi dan peranannya. Bahan berupa bunga rosella (Hibiscus sabdariffa)yang dianalisa banyak digunakan sebagai bahan makanan dan minuman. Secara tradisional, kelopak bunga rosella digunakan sebagai obat herbal antihipertensi, antikanker, diuretic, batu ginjal, antikolesterol dan antibakteri. Rosella mengandung beberapa komponen kimia seperti protein, vitamin, mineral dan komponen-komponen bioaktif lainnya.

B.  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pangan fungsional dan pangan fungsional yang berjudul uji fitokimia ini adalah :
1.      Mempelajari cara-cara analisa senyawa bioaktif pada sampel  yang meliputi analisa alkaloid, fenol hidrokuinon, flavonoid, saponin dan steroid.
2.      Mengetahui ada tidaknya komponen senyawa bioaktif di dalam sampel uji (dalam hal ini bunga rosella).

II.  TINJAUAN PUSTAKA
A.  Rosella
Rosella atau roselle (Hibiscus sabdariffasebagai tanaman baru yang berasal dari Afrika namanya sedang naik daun , padahal tanaman ini dahulunya sudah lama ada di Indonesia. Hanya saja , bunga ini di sebut berbeda di setiap daerah seperti di Jawa Tengah disebut Merambos ijo di Sumatera Selatan disebut Kesew Jawe, di Muara Enim di sebut Asam rejang sedangkan orang padang menyebutnya Asam jarot. Dulu kelopak Rosella dikenal sebagai frambozen yang digunakan sebagai bahan pembuat sirup berwarna merah yang beraroma khas. Sekarang ini, kelopak rosella dikenal sebagai bahan minuman dan disebut teh rosella (Idawani, 2011).
Rosella merupakan anggota famili Malvaceae. Kelopak bunga rosella banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minumanMasyarakat lebih sering menggunakan kelopak bunga rosella sebagai minuman yang
diseduh. Secara tradisional, kelopak bunga rosella digunakan sebagai obat herbal antihipertensi, antikanker, diuretik, peluruh batu ginjal, antikolesterol, antibakteri, dan sebagainya. Rosella mengandung protein, vitamin, mineral, dan komponen bioaktif seperti asam organik, phytosterol, polyphenol, antosianin dan flavonoid (Wulandari, 2010).
            Berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman rosella membuatnya popular sebagai tanaman obat tradisional. Kandungan vitamin dalam bunga rosella cukup lengkap dan diketahui kandungan vitamin C lebih banyak 3 kali dari anggur hitam, 9 kali jeruk dan 10 kali belimbing. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kandungan antioksidan rosella sebanyak 1,7 mmol/prolox, jumlah tersebut lebih tinggi dari kumis kucing (Wiyarsih, 2011).
            Menurut Wiyarsih (2011), rasa asam dalam bunga rosella merupakan perpaduan jenis-jenis asam seperti asam askorbat, asam sitrat dan asam glikolik. Sedangkan bahan aktif yang banyak terdapat pada rosella yaitu peptin, antosianin dan flavonoid yang bermanfaat sebagai pencegah kanker, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan sebagainya. Secara umum komposisi kimia dari kelopak bunga rosella dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Komposisi Kimia Kelopak Bunga Rosella
Komposisi Kimia
Jumlah
Kalori
44      Kal
Air
86,2   g
Protein
  1,6   g
Lemak
     0,1  g
Karbohidrat
   11,1  g
Serat
     2,5  g
Abu
     1,0  g
Kalsium
486      mg
Fosfor
  60      mg
Besi
    3,8   mg
Betakaroten
285      g
Vitamin C
214,68 mg
Thiamin
    0,04 mg
Riboflavin
    0,6   mg
Niasin
    0,5   mg
Sumber : DEP.KES.RI.No.SPP.1065/35.15/05

B.   Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N (Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis (Nadjeb, 2010).

 Alkaloid di bagi menjadi beberapa kelompok menurut atom Nitrogennya. Yaitu Alkaloid sebenarnya, protoalkaloid dan pseudoalkaloid. Berdasarkan intinya penyusunnya (basa organiknya) diklasifikasikan menjadi 12 kelompok yaitu; Benzena, Piridina, Piperidina, Kuinolina, Isokuinolina, Fenantren, Pirolidina Siklo pentano perhidro fenantren, Imidazol, Indol, Purin dan Tropan. Bervariasinya skema untuk klasifikasi alkaloid didasarkan pada konstitusinya, telah disarankan dalam hal ini tata nama untuk alkaloid. Karena luasnya variasi kelompok alkaloid, akan tetapi tidak satu pun yang sangat memuaskan (Nadjeb, 2010).
 Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian besar pada tanaman berbunga, maka para ilmuwan sangat tertarik pada sistematika aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan famili atau genera tanaman tertentu. Berdasarkan sistem Engler dalam tanaman yang tinggi terdapat 60 order. Sekitar 34 dari padanya mengandung alkaloid. 40% dari semua famili tanaman paling sedikit mengandung alkaloid. Namun demikian, dilaporkan hanya sekitar 8,7% alkaloid terdapat pada disekitar 10.000 genus. Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid yang penting adalah Liliaceae, solanaceae dan Rubiaceae (Nadjeb, 2010).

C.  Fenol Hidrokuinon
                  Sebagian besar senyawa organik bahan alam adalah senyawa-senyawa aromatik. Senyawa aromatik ini mengandung senyawa karbonaromatik yaitu cincin aromatic yang hanya terdiri dari atom karbon seperti benzene, naftalen dan antrasen.  Oleh karena itu senyawa bahan organik alam ini sering disebut sebagai senyawa fenol walaupun sebagian diantaranya bersifat netral karena tidak mengandung gugus fenol dalam keadaan bebas (Lenny, 2006).
                  Sifat-sifat kimia dari semua senyawa fenol adalah sama, akan tetapi dari segi biogenetik senyawa ini dapat dibedakan menjadi dua jenis utama yaitu senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat dan senyawa fenol yang berasal dari jalur asam asetat. Senyawa-senyawa fenol ditemukan dalam berbagai jenis organisme mulai dari mikroorganisme sampai tumbuhan dan hewan (Lenny, 2006).

D.  Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu dari sekian banyak senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu tanaman, yang bisa dijumpai pada bagian daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga dan biji. Secara kimia, flavonoid mengandung cincin aromatic tersusun dari 15 atom karbon dengan inti dasar tersusun dalam konjugasi C6-C3-C6 (dua inti aromatik terhubung dengan 3 atom karbon) (Ningsih, 2005). Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik (Agestia, 2009).
Flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida yaitu flavonoida, isoflavonoida dan neoflavonoida (Lenny, 2006).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkosilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut (Lenny, 2006).

E.  Saponin
Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter (Hartono, 2009).
Saponin memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Sumber utama saponin adalah biji-bijian khususnya kedele. Saponin dapat menghambat pertumbuhan kanker kolon dan membantu kadar kolesterol menjadi normal. Tergantung pada jenis bahan makanan yang dikonsumsi, seharinya dapat mengkonsumsi saponin sebesar 10-200 mg (Arnelia, 2011).

F.  Steroid
            Semua kerangka steroid mempunyai kerangka steran, yaitu siklopentano-fenantrena yang terhidrogenasi penuh. Biasanya cincin rangka ini diberi nama A, B, C dan D. Penomoran atom karbonnya mempunyai konformasi kursi pada steroid yang berada di alam. Cincin B, C dan D selalu trans terhadap lainnya, sedangkan cincin A dan B dapat trans atau cis (Soewolo, 1996).


III.  PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.  Tempat dan Waktu
            Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya. Pelaksanaan praktikum pada hari Kamis,20 Oktober 2011 dimulai pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai.


B.  Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah : 1) Labu Takar, 2) Mortal, 3) Nampan Besi, 4) Neraca Analitik, 5) Oven, 6) Penjepit,7) Pipet Tetes8) Rak Tabung Reaksi, 9) Spatula Kaca dan 10) Tabung Reaksi.
            Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah : 1) Rosella, Pereaksi Meyer, Pereaksi Wagner, Asam Sulfat 2 N, Kloroform, Asam Asetat Glasial, Serbuk Magnesium, Amil Alkohol, Alkohol, Asam Klorida 2 N, Etanol, Pereaksi FeCl3.


C.  Cara Kerja
            Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah :
1.      Sampel berupa bunga rosella dipisahkan dari biji.
2.      Kelopak bunga rosella dicuci kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 60oC.
3.      Bunga rosella kering ditumbuk dengan menggunakan mortal hingga halus.
Analisa Alkaloid :
1.      Sampel yang telah dihaluskan diambil beberapa bagian kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2.      Sampel tersebut ditetesi dengan asam sulfat 2 N kemudian diuji dengan pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner.
3.      Perubahan yang terjadi diamati setelah 30 menit, hasil uji dinyatakan positif apabila dengan pereaksi Meyer terbentuk endapan putih kekuningan dan dengan pereaksi Wagner terbentuk endapan coklat.

Analisa Fenol Hidrokuinon :
1.      Sampel sebanyak 0,5 gram diekstrak dengan 10 mL etanol 70 %.
2.      Larutan yang dihasilkan diambil sebanyak 1 mL.
3.      2 tetes Larutan FeCl3 5% ditambahkan.
4.      Perubahan yang terjadi diamati, terbentuknya warna hijau atau hijau biru menunjukkan adanya senyawa fenol dalam bahan.

Analisa Flavonoid :
1.      Sejumlah sampel diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2.      Ditambahkan pada sampel berupa serbuk Magnesium 0,1 mg dan 0,4 mL amil alkohol (campuran asam klorida 37 % dan etanol 95 % dengan volume yang sama) dan 4 mL alkohol.
3.      Sampel dikocok dan diamati perubahan yang terjadi, terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.

Analisa Saponin :
1.      Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2.      Air panas ditambahkan pada sampel.
3.      Perubahan yang terjadi terhadap terbentuknya busa diamati, reaksi positif jika busa stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N.

Analisa Steroid :
1.      Sejumlah sampel diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2.      Ditambahkan 2 mL kloroform ke dalam tabung reaksi yang berisi sampel tersebut.
3.      10 tetes asam asetat glacial dan 3 tetes asam sulfat pekat ditambahkan ke dalam tabung.
4.      Perubahan pada sampel diamati, terbentuknya warna merah pada larutan pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan reaksi positif.
IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
            Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Praktikum Analisa Fitokimia
Sampel
Uji Fitokimia
Alkaloid
Fenol Hidrokuinon
Flavonoid
Saponin
Steroid
Meyer
Wagner
Rosella
-
-
-
+++
-
-
Beluntas
++
-
+++
-
-
-
Daun Sirsak
++
+


++

Mahkota Dewa
-
+
+
++
+

Torbangun


+++
-
-

Standar (warna)
Endapan Putih Kekuningan
Endapan Coklat
Warna Hijau atau Hijau Biru
Lap. Amil Alkohol berwarna merah/kuning/hijau
Terbentuk Busa
Perubahan merah - biru/hijau
Keterangan : +++ : sangat kuat, ++ : kuat, + : kurang kuat, - : tidak terkandung

B. Pembahasan
             Praktikum fitokimia pangan dan pangan fungsional yang berjudul uji fitokimia ini dilakukan untuk menguji 5 komponen bioaktif pada bunga rosella yakni uji Alkaloid, Fenol Hidrokuinon, Flavonoid, Saponin dan Steroid. Uji pertama yakni uji Alkaloid dilakukan dengan menggunakan dua pereaksi yakni pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner. Hasil pada analisa alkaloid pada bunga rosella ini menunjukkan hasil yang negatif baik dengan pereaksi Meyer maupun pereaksi Wagner. Hal ini menunjukkan bahwa pada bunga rosella tidak terkandung senyawa alkaloid. Alkaloid tidak terkandung di dalam bunga rosella karena pada bunga rosella tidak terdapat atom Nitrogen yang menyebabkan sampel bersifat basa atau alkali sesuai dengan pengertian alkaloid yang merupakan senyawa bersifat alkali akibat adanya atom Nitrogen.
            Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N (Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis (Nadjeb, 2010).
            Analisa kedua yang dilakukan yakni analisa steroid pada bunga rosella menunjukkan reaksi negatif karena pada sampel tidak terjadi perubahan warna merah menjadi biru atau hijau. Steroid kebanyakan terdapat pada manusia dan hewan serta sebagian kecil tanaman seperti halnya torbangun dan beluntas.
            Flavonoid merupakan senyawa yang populer terdapat pada bunga rosella. Pada analisa flavonoid yang dilakukan pun menunjukkan adanya reaksi yang positif pada bunga rosella. Reaksi yang ditunjukkan pada analisa ini sangat kuat. Bahan aktif berupa flavonoid ini berfungsi dalam hal mencegah kanker karena bersifat antioksidan dan mempunyai bioaktifitas sebagai obat. Warna rosella yang merah kuat dapat menandakan bahwa bunga rosella tersebut banyak mengandung flavonoid. Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan kuning yang ditemukan pada tumbuh-tumbuhan (Agestia, 2009).
            Analisa keempat yakni Saponin pada bunga rosella menandakan reaksi yang negatif, ditandai dengan tidak terbentuknya busa pada sampel bunga rosella selama analisa. Hal ini dikarenakan pada bunga rosella tidak terdapat rasa pahit seperti halnya karakteristik saponin yang menyebabkan rasa pahit pada bahan nabati. Saponin lebih banyak terdapat pada jenis biji-bijian terutama pada kedelai (Arnelia, 2011).
            Analisa terakhir yakni analisa fenol hidrokuinon juga menunjukkan hasil yang negatif karena tidak terbentuk warna hijau atau hijau biru pada sampel bunga rosella yang dianalisa. Senyawa fenol hidrokuinon merupakan senyawa yang mengandung cincin benzen sedangkan pada bunga rosella tidak mengandung cincin benzen yang merupakan senyawa aromatik (Lenny, 2006).
        
  
            Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.      Kelima analisa yang dilakukan menunjukkan bahwa bunga rosella hanya mengandung senyawa flavonoid dengan indikasi sangat kuat.
2.      Rosella tidak mengandung senyawa alkaloid, steroid, fenol hidrokuinon dan saponin.
3.      Rosella merupakan bahan yang mempunyai senyawa antioksidan yang tinggi dan mempunyai efek bioaktif sebagai obat.
4.      Adanya senyawa flavonoid tinggi pada bunga rosella juga dapat ditunjukkan dari warna bunga rosella yang berwarna merah pekat.
5.      Rosella  memiliki efek deuretik (peluruh urine) yang dapat membersihkan usus dan ginjal sehingga energy di tubuh menjadi positif.

DAFTAR PUSTAKA

Agestia  Resi  dan  Sugrani  Gandis.  2009.  Flavonoid  (Quercetin).  (Online) (http:// pasche08.files.wordpress.com/2009/05/copy-of-copy-of-makalah-quercetin-2003.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Armelia. 2011. Fito-Kimia Komponen Ajaib Cegah PJK, DM dan Kanker. (Online) (http://www.kimianet.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1100397943&2 diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Awan. 2010. Uji Fitokimia. (Online) (http://awanl.blogspot.com/2010/11/uji-fitokimia.html diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Dwi. 2010. Uji Fitokimia pada Buah Pedada (Sonneratia caseolaris). (Online) (http://dwio08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/uji-fitokimia-pada-buah-pedada-sonneratia-caseolaris/ diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Hartono. 2009. Saponin. (Online) (http://www.farmasi.asia/tag/saponin/ diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Idawani. 2011. Rosella  Bunga  Cantik  Berkhasiat Obat. (Online) (http://nad.litbang.
deptan.go.id/ind/files/buletin/2009/ROSELLA%20%20BUNGA%20%20CANTIK%20%20BERKHASIAT%20%20OBAT.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Lenny Sofia. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenil Propanoida dan Alkaloida. (Online) (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1842/1/06003489.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Nadjeb.  2010.  Alkaloid.  (Online)  (http://nadjeeb.files.wordpress.com/2009/03/alka
loid.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Nadjeb. 2010. Pembentukkan Alkaloid Melalui Jalur Tirosin. (Online) (http://nadjeeb
.files.wordpress.com/2010/06/tirosin.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Ningsih Sri, et. all. 2005. Analisa  Senyawa  Golongan  Flavonoid Herba Tempuyung
(Sorchus arvencis).   (Online)  (http://www.iptek.net.id/ind/pustaka_pangan/
pdf/Senaki_V/SRININGSIH.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Soewolo. 1996. Pengaruh Anabolik Steroid terhadap Pembentukan Otot dan Kesehatan. (Online) (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12961324.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Wiyarsih Antuni. 2011. Khasiat Bunga Rosella (hibiscus sabdariffa). (Online) (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20Bunga%20Rosella.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2011).

Wulandari Brilianti Dwi. 2010. Pengaruh Pemberian Seduhan Kelopak Bunga Rosella (hibiscus sabdariffa) Dosis Bertingkat Selama 30 Hari terhadap Gambaran Histologik Ginjal Tikus Wistar. (Online) (http://eprints.undip.ac.id
/23177/1/Brilianti.pdf diakses tanggal 22 Oktober 2011).